MAKALAH TENTANG KURANGNYA RASA PERCAYA DIRI

TUGAS INDIVIDU
Kurangnya Rasa Percaya Diri
Dosen Pengampu: Wiwin A, M.Pd







                                                                        Oleh:
RINI KUSUMA DEWI (14130033)




FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
BIMBINGAN DAN KONSELING
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,serta taufik dan hidayah-nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang Kurangnya Rasa Percaya Diri dengan baik, meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterimakasih pada Ibu Wiwin A,M.Pd selaku dosen mata kuliah TI dalam BK yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.






Metero, 03 Oktober 2016


Penulis







DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB  I PENDAHULUAN
A.    Latar belakang ............................................................................... ....... 1
B.     Rumusan masalah .......................................................................... ....... 2
C.     Tujuan ............................................................................................ ....... 2
D.    Manfaat Penulisan Makalah.................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Percaya Diri........................................................................ ....... 3
B.     Percaya Diri.......................................................................................... ...... 4
C.     Rasa Percaya Diri Dalam Dimensi Agama........................................... ...... 4
D.    Masalah Kurangnya Rasa Percaya Diri (Self Esteem).......................... ...... 5
E.     Cara-Cara atau langkah untuk meningkatkan self esteem.................... ...... 7
F.      Perkembangan Rasa Percaya Diri......................................................... ...... 7
G.    Membangun Kepercayaan Diri............................................................. ...... 9
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ............................................................................... ..... 11
B.     Saran ......................................................................................... ..... 11
DAFTAR PUSTAKA









BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.
Hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, diantaranya ; siswa, tujuan, dan guru.
Proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai suatu rangkaian antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya. Namun dalam kenyataannya, mencapai tujuan proses belajar mengajar yang baik banyak sekali tantangan atau hambatan yang harus dihadapi.
Masalah–masalah yang dihadapi murid dalam kegiatan belajarmengajar di sekolah antara lain:
a)      Kurang focus saat PBM berlangsung.
b)      Kurang memahami pada hal-hal yg penting/ intisari materi pelajaran yang disajikan.
c)      Beban materi pelajaran yang dirasakan terlalu berat.
d)     Murid bersikap pasif saat Proses Belajar Mengajar berlangsung.
e)      Mengimbangi kecepatan penjelasan guru saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, dll.
Yang akan dibahas secara mendalam dalam makalah ini berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh siswa yang berkaitan dengan masalah sosial. Dalam melaksanakan proses pendidikan banyak ditemukan masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah sosial, diantaranya beban materi pelajaran yang dirasakan terlalu berat mungkin itu akibat dari kurangnya rasa percaya diri yang terjadi pada siswa.
Untuk memecahkan masalah ini, dibutuhkan bimbingan dan konseling. yaitu suatu tempat untuk mencurahkan sagala masalah yang dihadapi, baik masalah yang dihadapi oleh guru maupun oleh murid, terutama dalam proses pembelajaran. Dengan adanya bimbingan konseling diharapkan semua masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran dapat terselesaikan dengan baik, tanpa ada pihak yang dirugikan atau yang dikecewakan.


B.     .Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam makalah ini menyangkut tiga hal yaitu:
1.      Apakah yang dimaksud dengan rasa percaya diri?
2.      Gejala yang Nampak karena kurangnya rasa percaya diri?
3.      Mengapa rasa percaya diri begitu penting dalam kehidupan individu?
4.      Apakah kurangnya rasa percaya diri dapat diperbaiki sehingga tidak menghambat perkembangan individu dalam menjalankan tugas sehari-hari maupun dalam hubungan interpersonal?
5.      Jika memang rasa kurang percaya diri dapat diperbaiki, langkah-langkah apakah yang harus dilakukan?

C.     Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.      Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling.
2.      Mengetahui lebih jauh tentang bagaimana rasa percaya diri, gejala yang muncul akibat rasa percaya diri, seberapa pentingnya rasa percaya diri, dan jika rasa percaya diri dapat diperbaiki maka langkah apa yang harus dilakukan.

D.    Manfaat Penulisan Makalah
Adapun manfaat yang dapat diambil dari maklah ini adalah:
1.       Dapat mengetahui lebih dalam mengenai masalah yang dihadapi oleh siswa.
2.      Memudahkan untuk mencari solusi dari permasalahan yang ada.












BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Percaya Diri
Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri, alias sakti. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut.
Pendapat para ahli yang diilhami kenyataan menyimpulkan bahwa rasa percaya diri atau sering diistilahkan dengan 'pede' merupakan kualitas personal yang dibutuhkan. Dengan merasa pede berarti kita sudah memulai perjalanan hidup yang berlandaskan pada keunggulan-diri, arah kiblat (direction) yang sudah kita tentukan, fokus hidup yang telah kita pilih, keputusan hidup yang telah kita ambil dan kemudian membuat kita merasa punya hak untuk mendapatkan apa yang benar-benar kita inginkan. Kekuatan pede juga membuat kita yakin bahwa tantangan apapun yang menghadang masih berada dalam kapasitas kita untuk diselesaikan.
Hampir setiap orang pernah mengalami krisis kepercayaan diri dalam rentang kehidupannya, sejak masih anak-anak hingga dewasa bahkan sampai usia lanjut. Hilangnya rasa percaya diri menjadi sesuatu yang amat mengganggu terlebih ketika dihadapkan pada tantangan ataupun situasi baru.
Menyikapi kondisi seperti ini, maka akan muncul pertanyaan:“mengapa rasa percaya diri (self confidence) begitu penting dalam-kehidupan individu, lalu apakah kurangnya rasa percaya diri diperbaiki sehingga tidak menghambat perkembangan individu dalam menjalankan tugas sehari-hari maupun dalam hubungan interpersonal. Jika memang rasa kurang pencaya diri dapat diperbaiki, maka langkah-langkah apa yang harus dilakukan?”
Sebelum menuju kepada rasa percaya diri perlu pula diketahui tentang perlunya harga diri (self esteem), karena pada hakikatnya sumber dan tumbuhnya rasa percaya diri adalah berawal dari terbangunnya sikap self esteem (harga diri). Bahkan ciri-ciri bahwa seseorang mempunyai harga diri (self esteem) yang kuat itu salah satunya bahwa seseorang mempunyai self confidence (percaya diri). Perbedaan antara self esteem dengan self confidence adalah kalau sudah mempunyai self esteem berarti sudah pula memiliki self confidence, akan tetapi walau sudah memiliki self confidence belum tentu memiliki self esteem.
B.     Percaya Diri
Beberapa istilah yang terkait dengan persoalan pede ini. Di antaranya :
§ Self-concept: bagaimana Anda menyimpulkan diri anda secara keseluruhan, bagaimana Anda melihat potret diri Anda secara keseluruhan, bagaimana Anda mengkonsepsikan diri anda secara keseluruhan.
§ Self-esteem: sejauh mana Anda punya perasaan positif terhadap diri Anda, sejauhmana Anda punya sesuatu yang Anda rasakan bernilai atau berharga dari diri Anda, sejauh mana Anda meyakini adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat atau berharga di dalam diri Anda
§ Self efficacy: sejauh mana Anda punya keyakinan atas kapasitas yang Anda miliki untuk bisa menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus (to succeed). Ini yang disebut dengan general self-efficacy. Atau juga, sejauhmana Anda meyakini kapasitas anda di bidang anda dalam menangani urusan tertentu. Ini yang disebut dengan specific self-efficacy.
§ Self-confidence: sejauhmana Anda punya keyakinan terhadap penilaian Anda atas kemampuan Anda dan sejauh mana Anda bisa merasakan adanya “kepantasan” untuk berhasil. Self confidence itu adalah kombinasi dari self esteem dan self-efficacy (James Neill, 2005)
Berdasarkan itu semua, adapun semacam kesimpulan bahwa kepercayaan-diri itu adalah efek dari bagaimana kita merasa (M1), meyakini (M2), dan mengetahui (M3). Percaya diri adalah keberanian diri yang datang dari kepastian tentang. kemampuan, nilai-nilai dan tujuan dari kita, atau bisa juga didefinisikan sebagai sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya.

C.    Rasa Percaya Diri Dalam Dimensi Agama
Dalam agama Islam sebagaimana firman Allah yang tercantum pada QS At Tiin:4-8, QS Al Bayyinah:7 dan QS Al Israa:70 “bahwa Allah menciptakan manusia khususnya orang beriman, adalah dalam sebaik-baiknya makhluk dari semua makhluk yang diciptakan oleh Allah.”
Dengan dasar ayat-ayat tersebut diatas pada hakikatnya dimata Allah orang yang beriman adalah orang yang dimuliakan oleh Allah dan dinilaiNya sebagai makhluk yang terbaik. ini sebetulnya sudah cukup bagi orang yang beriman untuk tetap percaya diri dalam menghadapi permasalahan tanpa harus merasa rendah diri dan takut karena Allah sebagai Sang Pencipta semua makhluk dibumi ini mendudukkannya pada tempat yang mulia.
Orang beriman tidak pantas merasa rendah diri dihadapan manusia, padahal Allah mencintainya. Jika itu terjadi sama dengan mengecilkan kecintaannya Allah, mengecilkan kebesaran Allah bahkan tidak takut dan tidak malu pada Allah tapi justru lebih takut dan malu pada sesama manusia. ini adalah pemahaman yang salah karena Iebih mempertimbangkan pendapat manusia daripada pandangan dan penilaian Allah. Dengan dasar itulah maka orang beriman seharusnya bersikap selalu merasa besar hati dalam menghadapi segala permasalahan, tidak takut dan penuh rasa percaya diri dalam berkarya, bertindak dan memperjuangkan agama Allah bahkan semuanya harus dilandasi dengan riang gembira karena apapun hasilnya, dimata Allah tetap mulia, tahan uji dan tidak mudah putus asa karena yakin bahwa sebagai orang beriman akan selalu mendapatkan rahmat dan pertolongan Allah, selalu berpikinan positif (husnudhon) dan menghindarkan diri dari prasangka negatif (su’udhon), selalu bersyukur terhadap nikmat Allah dan memanfaatkan nikmat tersebut apa adanya tanpa harus mengeluh terhadap apa yang tidak diterimanya karena semuanya adalah qadar dan Allah yang harus diterima dengan ridho sebagai ujian. Selalu berusaha memperbaiki diri sendiri dalam segala urusan dan selalu berbuat untuk kebaikan . Rasa percaya diri harus dilatih dan ditumbuhkan, sehingga manusia bangga akan diriiya sendiri (tidak sombong), dengan rakhmat dan nikmat Allah yang telah diberikan pada manusia.

D.    Masalah Kurangnya Rasa Percaya Diri (Self Esteem)
Orang yang punya kepercayaan diri rendah atau kehilangan kepercayaan diri memiliki perasaan negatif terhadap dirinya, memiliki keyakinan lemah terhadap kemampuan dirinya dan punya pengetahuan yang kurang akurat terhadap kapasitas yang dimilikinya. Ketika orang yang memiliki kepercayaan rendah atau telah kehilangan kepercayaan, cenderung merasa / bersikap sebagai berikut :
a.       Tidak memiliki sesuatu (keinginan, tujuan, target) yang diperjuangkan secara sungguh-sungguh
b.      Tidak memiliki keputusan melangkah yang decissive (ngambang)
c.       Mudah frustasi atau give-up ketika menghadapi masalah atau kesulitan
d.       Kurang termotivasi untuk maju, malas-malasan atau setengah-setengah
e.       Sering gagal dalam menyempurnakan tugas-tugas atau tanggung jawab (tidak optimal)
f.       Canggung dalam menghadapi orang
g.      Tidak bisa mendemonstrasikan kemampuan berbicara dan kemampuan mendengarkan yang meyakinkan
h.       Sering memiliki harapan yang tidak realistis
i.        Terlalu perfeksionis
j.         Terlalu sensitif (perasa)
Sikap pasif yaitu sikap yang tidak tegas dalam melakukan berbagai tindakan akibat adanya rasa takut membuat orang lain tersinggung, merasa diperintah atau digurui yang membuat diri menjadi benci dan merasa dikucilkan. Sikap agresif dalam hal ini yaitu memaksakan gagasan, tidak mau menerima masukan dari orang lain dan cenderung mengundang perdebatan daripada menyelesaikan masalah, padahal sikap menentang dan mengabaikan ide-ide orang lain berarti menghambat tercapainya keputusan yang tepat dan akurat.
Ciri-ciri orang yang memiliki self esteem yang lemah, adalah:
1.      Critical (selalu mencela), yaitu biasanya selalu mencela orang lain, banyak keinginannya dan seringkali tidak terpenuhi, senang memperbesar masalah-masalah kecil dan seringkali tidak mau mengakui kekurangannya,
2.      Self centred (mementingkan diri sendiri), yaitu biasanya egois, tidak peduli dengan kebutuhan orang lain atau perasaan orang lain, segala sesuatunya berpusat pada dirinya sendiri, tidak ada tenggang rasa dengan lainnya yang akhirnya berakibat bisa menjadi frustasi. Perilaku ini akan menjauhkan dirinya dan orang-orang disekelilingnya,
3.      Cynical (sinis/suka mengolok-olok), yaitu senang meledek orang lain dengan omongan yang sinis, sering mensalahartikan pemikiran, kegiatan, kebaikan serta niat baik orang lain sehingga orang lain juga tidak senang padanya,Diffident (malu-malu), yaitu menyangkal atas semua kelemahannya, tidak pernah bisa membuktikan kelebihannya dan seringkali gagal dalam melakukan sesuatu. Hal-hal serta kesalahan kecil seringkali diperhitungkan terlalu serius dan dilihat sebagai bukti ketidakmampuan dirinya. Walaupun memiliki bakat dan kemampuan seperti orang lain, tapi gagal untuk bisa memperlihatkan tanggung jawabnya dan juga gagal dalam memanfaatkan kelebihannya karena sudah membayangkan kegagalan yang ada dihadapannya.


E.     Cara-Cara atau langkah untuk meningkatkan self esteem
Adapun cara-cara/ langkah untuk meningkatkan self esteem adalah:
1.      Memberikan positive stroke (sentuhan positif) pada orang lain, yaitu menghargai orang lain walaupun terhadap hal-hal yang kecil dengan sentuhan dan kata-kata yang diungkapkan secara spesifik serta ekspresi wajah. Sentuhan positif dapat membantu meningkatkan dan memperkuat self esteem bagi sipenerima dan pemberi sentuhan positif tersebut. Memberikan sentuhan positif adalah cara untuk memberikan penghargaan yang sehat kepada orang lain. Bila kita memperlakukan orang lain dengan hormat dan penuh kasih sayang, harga diri kita secara tidak langsung ikut terbawa menjadi lebih kuat lagi.
2.      Tidak memberikan plastic stroke (sentuhan palsu/basa-basi) pada orang lain, penghargaan yang diberikan pada orang hanyalah merupakan basa-basi, dianggap tidak ada artinya sama sekali sehingga membuat orang lain merasa tidak nyaman. Puji-pujian yang berlebihan atau tidak tulus dimasukkan sebagai kategori sentuhan palsu yang tidak berharga dan tidak akan meningkatkan self esteem baik pemberi maupun penerimanya,
3.      Harus bisa menerima dan belajar untuk menerima positive stroke yang diberikan oleh orang lain,
4.      Menolak plastic stroke dengan halus dan tanpa pamrih,
5.      Berdoa serta meminta pertolongan hanya kepada Allah Azza Wa Jalla.

F.     Perkembangan Rasa Percaya Diri
1.      Pola Asuh (Lingkungan Keluarga)
Para ahli berkeyakinan bahwa kepercayaan diri sebagaimana harga diri bukanlah diperoleh secara instant, melainkan melalui proses yang berlangsung sejak usia dini dalam kehidupan bersama orang tua. Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, namun faktor pola asuh dan interaksi diusia dini merupakan faktor yang amat mendasar bagi pembentukan rasa percaya diri. Sikap orang tua akan diterima oleh anak sesuai dengan persepsinya pada saat itu. Orang tua yang menunjukkan perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang serta kelekatan emosional yang tulus dengan anak akan membangkitkan rasa percaya diri pada anak tersebut. Anak akan merasa bahwa dirinya berharga dan bernilai dimata orang tuanya dan meskipun melakukan kesalahan, dan sikap orang tua anak tersebut melihat bahwa dirinya tetaplah dihargai dan dikasihi. Anak dicintai dan dihargai bukan tergantung pada prestasi atau perbuatan baiknya, namun karena eksistensinya (keberadaannya).
Lain halnya dengan orang tua yang kurang memberikan perhatian perkembangan jiwa pada anak atau suka mengkritik, sering memarahi anak namun kalau anak berbuat baik tidak pernah dipuji, tidak pernah puas dengan hasil yang telah dicapai oleh anak ataupun seolah-olah menunjukkan ketidak pencayaan mereka pada kemampuan dan kemandirian anak dengan sikap overprotective yang makin meningkatkan ketergantungan. Tindakan overprotective orang tua menghambat perkembangan kepercayaan diri pada anak karena anak tidak belajar mengatasi problem dan tantangannya sendiri, segala sesuatu disediakan dan dibantu orang tua. Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, lemah, tidak dicintai, tidak dibutuhkan, selalu gagal, tidak pernah menyenangkan dan membahagiakan orang tua. Anak akan merasa rendah diri dimata saudara kandungnya yang lain atau dihadapan teman-temannya.
Menurut para psikolog, orang tua dan masyarakat seringkali meletakkan standard dan harapan yang kurang realistik terhadap seorang anak ataupun individu. Sikap suka membanding- bandingkan anak, mempergunjingkan kelemahan anak ataupun membicarakan kelebihan anak lain didepan anak sendiri tanpa sadar menjatuhkan diri anak-anak tersebut.
2.      Pola Pikir Negatif
Dalam hidup bermasyarakat setiap individu mengalami berbagai masalah kejadian, seperti bertemu orang-orang baru dan lain sebagainya. Reaksi individu terhadap seseorang ataupun sebuah peristiwa amat dipengaruhi oleh cara berpikirnya. Individu dengan rasa percaya diri yang lemah cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif. Individu tidak menyadari bahwa dari dalam dirinyalah semua negativisme itu berasal. Pola pikir individu yang kurang percaya diri bercirikan, antara lain: menekankan keharusan-keharusan pada diri sendiri, cara berpikir totalitas dan dualisme, pesimistik yang futuristik, tidak kritis dan selektif terhadap self criticism, mudah menyalahkan diri sendiri dan memberikan sebutan-sebutan negatif, sulit menerima pujian ataupun hal-hal positif dan orang lain, suka mengecilkan arti keberhasilan diri sendiri.
3.      Pengaruh Lingkungan Luar Keluarga
Ternyata sikap tidak percaya diri ini muncul selain akibat kebiasaan-kebiasaan seseorang mengembangkan sikap dan pendapat negatif tentang dirinya sendiri, sikap tidak percaya diri ini juga muncul sebagai akibat dan pengaruh Iingkungannya, antara lain sikap lingkungan yang membuat seseorang takut untuk mencoba, takut untuk berbuat salah, semua harus seperti yang sudah ditentukan. Karena ada rasa takut dimarahi, seseorang jadi malas untuk melakukan hal-hal yang berbeda dari orang kebanyakan.
Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional maka individu harus memulainya dari dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat bahwa hanya individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya. Beberapa saran berikut mungkin layak menjadi pertimbangkan jika seseorang sedang mengalami krisis kepercayaan diri.

G.    Membangun Kepercayaan Diri
Masalah seputar rendahnya kepercayaan-diri atau merasa telah kehilangan kepercayaan diri, langkah-langkah berikut ini sebagai proses latihan membangun kepercayaan diri :
1.      Menciptakan definisi diri positif.
Steve Chandler mengatakan, “Cara terbaik untuk mengubah sistem keyakinanmu adalah mengubah definisi dirimu.” Bagaimana menciptkan definisi diri positif. Di antara cara yang bisa kita lakukan adalah:
a)               Membuat kesimpulan yang positif tentang diri sendiri / membuat opini yang positif tentang diri sendiri. Positif di sini artinya yang bisa mendorong atau yang bisa membangun, bukan yang merusak atau yang menghancurkan,
b)               Belajar melihat bagian-bagian positif / kelebihan / kekuatan yang kita miliki,
c)               Membuka dialog dengan diri sendiri tentang hal-hal positif yang bisa kita lakukan, dari mulai yang paling kecil dan dari mulai yang bisa kita lakukan hari ini.
Selain itu, yang perlu dilakukan adalah menghentikan opini diri negatif yang muncul, seperti misalnya saya tidak punya kelebihan apa-apa, hidup saya tidak berharga, saya hanya beban masyarakat, dan seterusnya. Setelah kita menghentikan, tugas kita adalah menggantinya dengan yang positif, konstruktif dan motivatif.
2.      Memperjuangkan keinginan yang positif
Selanjutnya adalah merumuskan program / agenda perbaikan diri. Ini bisa berbentuk misalnya memiliki target baru yang hendak kita wujudkan atau merumuskan langkah-langkah positif yang hendak kita lakukan. Entah itu besar atau kecil, intinya harus ada perubahan atau peningkatan ke arah yang lebih positif.
3.      Mengatasi masalah secara positif
Pede juga bisa diperkuat dengan cara memberikan bukti kepada diri sendiri bahwa kita ternyata berhasil mengatasi masalah yang menimpa kita. Semakin banyak masalah yang sanggup kita selesaikan, semakin kuatlah pede. Lama kelamaan kita menjadi orang yang tidak mudah minder ketika menghadapi masalah.
4.      Memiliki dasar keputusan yang positif.
Kalau dibaca dari praktek hidup secara keseluruhan, memang tidak ada orang yang selalu yakin atas kemampuannya dalam menghadapi masalah atau dalam mewujudkan keinginan. Orang yang sekelas Mahatma Gandhi saja sempat goyah ketika tiba-tiba realitas berubah secara tak terduga-duga. Tapi, Gandhi punya cara yang bisa kita tiru: “Ketika saya putus asa maka saya selalu ingat bahwa sepanjang sejarah, jalan yang ditempuh dengan kebenaran dan cinta selalu menang. Ada beberapa tirani dan pembunuhan yang sepintas sepertinya menang tetapi akhirnya kalah. Pikirkan ucapan saya ini, SELALU”. Artinya, kepercayaan Gandhi tumbuh lagi setelah mengingat bahwa langkahnya sudah dilandasi oleh prinsip-prinsip yang benar.
5.      Memiliki model / teladan yang positif
Yang penting lagi adalah menemukan orang lain yang bisa kita contoh dari sisi kepercayaan dirinya. Ini memang menuntut kita untuk sering-sering membuka mata melihat orang lain yang lebih bagus dari kita lalu menjadikannya sebagai pelajaran.


















BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
A.       Kesimpulan
Kepercayaan diri itu sangat penting dalam kehidupan sehari-hari termasuk proses belajar mengajar di sekolah. Orang yang punya kepercayaan diri rendah atau kehilangan kepercayaan diri memiliki perasaan negatif terhadap dirinya, memiliki keyakinan lemah terhadap kemampuan dirinya dan punya pengetahuan yang kurang akurat terhadap kapasitas yang dimilikinya, padahal sebenarnya dia mampu untuk mengerjakan sesuatu yang menjadi tugasnya, misalkan dalam mengerjakan tugas-tugas atau soal-soal dalam ujian, seolah-olah mereka lebih percaya kepada teman dari pada kemampuan dirinya sendiri, padahal belum tentu teman kita benar dalam mengerjakan tugas-tugas atau soal-soal dalam ujian.
B.     Saran
Dalam menghadapi persoalan kurangnya rasa percaya diri dalam proses pembelajaran, penulis mencoba memberikan beberapa saran seperti di bawah ini:
1. Untuk guru atau tenaga pendidik:
a. Lebih merangsang siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, misalkan lebih memberikan lebih banyak waktu kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan atau memberikan tanggapan serta masukan;
b. Memakai metode atau strategi yang menarik dalam menyampaikan materi, sehingga siswa bisa mendalami materi;
2. Untuk murid:
a. Lebih mengasah kemampuan atau lebih mendalami suatu ilmu pengetahuan, bias dengan cara lebih banyak membaca, sehingga rasa percaya diri dapat berkembang dan tumbuh;
b. Lebih berani bertanya apabila kurang mengerti atau kurang bias menerima pelajaran, sehingga timbul rasa keberanian yang dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri;
c. Merasa berdosa apabila melakukan hal-hal yang tidak jujur, karena hidup tidak selamanya di dunia.




DAFTAR PUSTAKA

http://anisand8.blogspot.com/2014/12/makalah-kurangnya-rasa-percaya-diri.html
Labels: UM
0 Komentar untuk "MAKALAH TENTANG KURANGNYA RASA PERCAYA DIRI"

Back To Top